Kamis, 10 November 2011

Unpredictable Teacher

MALU! Sepertinya kata itu memang harus saya pinjam saat ini.

Kemarin saya dan orang tua pergi ke Tangerang untuk urusan bisnis sekaligus mengunjungi teman ayah saya yang akan membuka museum Jumat ini. Hmm saya selalu tersenyum kalo ingat teman ayah ini, kenapa tidak karena pertemuan mereka adalah kebetulan yang ajaib yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, tapi sekarang justru berlanjut menjadi hubungan bisnis. Ayah saya dan bapak ini dulunya adalah teman dekat, mereka terakhir bertemu sekitar 30 tahun lalu, keduanya mungkin berfikir tidak akan bertemu lagi karena terpisah jarak dan buta informasi tentangmasing-masing saat ini, tapi ternyata mereka tidak saling melupakan.

Kick Andy, itulah awal dari semua cerita ini. Waktu itu sore di hari Minggu, ibu saya sedang menonton televisi, ayah saya sedang berada diluar dan saya berada di kamar. Tiba-tiba saya mendengar ibu saya memanggil ayah saya dan bilang kalau teman ayah ada di TV, tapi saya tidak tertarik dan tetap berada dalam kamar. Dari reaksi yang saya dengar, sepertinya yang ada dalam TV itu memang benar teman ayah saya yang memang beliau sedang cari akhir-akhir ini. Akhirnya saya keluar dan ingin menyaksikan kejadian itu secara langsung, dan benar saja orang itu ternyata adalah teman lama yang ayah saya sering ceritakan. Sekarang beliau sudah sangat sukses dan berhasil menjadi orang yang hebat, saya masih tidak yakin ayah saya memiliki teman hebat seperti itu, tapi justru temannya ini yang meyakinkan saya kalo mereka memang berteman dekat dulu.

Tidak menyia-nyiakan waktu saya segera mencari nama beliau di internet karena permintaan ayah saya. Saya cari di social network yang saya gunakan tapi hasilnya nihil, saya tidak berputus asa dan saya langsung bertanya kepada om Google, dan bisa kita tebak, om Google memang selalu tahu jawaban yang kita butuhkan.

Saya mulai membanjiri email beliau dengan segala memori yang ayah saya ceritakan, dan saya pun menyatakan keraguan saya kalo ayah saya adalah teman bapak ini, hehehe tidak sopan sekali. Diluar dugaan tanpa menunggu lama beliau membalas email saya dan meminta saya meyakinkan beliau bahwa ayah saya adalah temannya karena kebetulan beliau mengenal dua nama yang sama. Saya pun lalu bercerita lebih spesifik tentang ayah saya, pekerjaan beliau, asal kota, dan tempat kami tinggal sekarang. Responnya diluar bayangan saya, ternyata beliau masih ingat semua detail ayah saya dan balik menceritakan kenangan mereka kepada saya dan meyakinkan saya kalo mereka dulu kenal sangat baik. (Benar-benar pribadi yang mengagumkan)

Tidak butuh waktu yang lama akhirnya papah dan bapak ini bertemu di akhir minggu tapi bulannya saya lupa sih, waktu itu kebetulan beliau sedang di Tangerang dan kembali akan pulang ke Australia pada hari yang sama ketika ayah saya pulang setelah bertemu dengan beliau. Saya masih ingat ekspresi ayah saya saat itu, sangat bahagia dan tak henti membicarakan temannya tersebut. Saya sedikit faham kenapa ayah saya sampai sebahagia itu, mungkin dulu mereka memang sama-sama berjuang ketika masih susah, tapi sekarang temannya itu adalah orang hebat dan terpandang tapi sedikitpun sikapnya kepada ayah saya tidak berubah, humble dan tetap menjadi teman layaknya teman yang sudah lama tidak bertemu. Saya tersenyum, ikut bahagia.

Kemarin akhirnya saya merasakan apa yang ayah saya rasakan, kemarin saya berkesempatan bertemu dengan beliau dan keluarganya. Mereka satupun tidak ada yang bersikap tidak baik kepada kami, walaupun saya datang memakai jilbab mereka tetap hangat dan tidak melihat perbedaan itu, walaupun mereka tinggal di Australia mereka tetap menggunakan bahasa Indonesia, dan walaupun mereka tinggal dalam budaya barat mereka bersikap layaknya orang timur yang sangat sopan dan saya sampai bingung gimana lagi mengutarakan ke-humble-an mereka, halah halah bahasanya ancurrrr... :p

Saya malu, bukan karena perbedaan kami yang mencolok, saya malu bukan karena saya minder, tapi saya malu karena mereka telah berbuat banyak untuk kaum mereka, sedangkan saya untuk diri sendiri pun masih belum mampu melakukan yang terbaik


*Maaf saya tidak menyebutkan nama beliau dan mengganti nya dengan sebutan ‘bapak ini’, karena saya hanya ingin share pengalaman dan pelajaran yang saya dapatkan dari beliau. Tapi saya kira tulisan diatas sudah berisi banyak petunjuk apabila benar-benar ingin mengenal beliau.

Tidak ada komentar: