Malam tadi tanpa ada sedikitpun firasat kalau sesuatu yang buruk bakal terjadi, kita sekeluarga pergi tidur seperti biasa, bahkan dengan hati senang riang karena Persib mampu menaklukan Persija walau dengan skor tipis. Kegembiraan lainnya adalah karena tadi malam Ibu saya baru pulang dari Pangandaran dengan membawa banyak oleh-oleh termasuk sebuah dispenser baru yang didapatkannya dari doorprize, sungguh beruntung.
Saya sendiri seperti biasa tidur lumayan larut malam karena nanggung lagi baca-baca blog di internet. Saat saya pergi tidur, kakak saya yang nomor 2 belum pulang karena dia nonton Persib langsung di Jalak Harupat, dan baru diketahui kalau kakak saya itu baru sampai di rimah sekitar jam 1 pagi.
Di sela-sela tidur saya, enggak tahu pasti jam berapa tapi saya denger ibu saya teriak-teriak panik, karena saya pikir itu cuma mimpi saya juga ogah-agahan sebenernya buat bangun. Tapi teriakan ibu saya semakin kencang dan terdengar panik, dan selain suara ibu saya itu saya juga denger suara lain yang mirip kayak suara percikan air (yang ternyata adalah suara api yang melahap sebagian kamar di lantai atas rumah saya). Setelah yakin saya sudah 100% sadar, saya loncat dari kasur dan memastikan apa yang terjadi.
Lemes, kaget, takut, panik, semua perasaan campur aduk saat itu. Kaget karena sedikit pun enggak pernah terbayang akan mengalami kebakaran yang biasanya saya lihat di TV, panik karena saya enggak tahu apa yang harus dilakukan terlebih dahulu dalam situasi ini, dan takut adalah perasaan yang paling saya sesali sekarang ini, karena jangankan membantu memadamkan api, menyalakan listrik saja saya sangat takut. Saya pikir akan lebih baik jika listrik jangan dulu dinyalakan karena api baru saja berhasil dipadamkan, saya enggak mau ambil resiko kalau-kalau nantinya *ini amit-amit lho yah* ada konslet aliran listrik yang bisa menyalakan api lagi, entah teori apa itu tapi saya benar-benar takut, dan saya enggak tau kenapa bisa jadi sepengecut itu. L
Alhamdulillah saya bersyukur ketika seluruh api berhasil dipadamkan tanpa membutuhkan waktu yang lama, padahal saya sudah bersiap-siap untuk meminta bala bantuan tetangga kalau-kalau situasinya semakin memburuk. Saya juga bersyukur karena kita terbangun di waktu yang tepat, enggak kebayang deh akan seperti apa kalau kita sampai telat 5 menit aja, duh kayanya api udah nyampe langit-langit dan kemudian yah begitulah. Ini berkat ibu saya yang memiliki indra penciuman yang sangat sensitif, bahkan katanya beliau sudah mencium bau terbakar itu sejak jam 2 pagi. Bukan hanya itu, saya juga bersyukur bahwa pada saat kejadian kebakaran ini semua anggota keluarga sedang berada di rumah, mengingat akhir-akhir ini papah saya sering bolak-balik tasik dan ibu saya baru aja pulang dari Pangandaran, coba kalau *ini amit-amit lagi yah* kalo papah ataupun kakak saya lagi enggak tidur di rumah atau misal kejadiannya itu pas mamah lagi di Pangandaran, enggak usah saya tulis apa yang akan terjadi yang jelas saya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena masih bermurah hati kepada keluarga kami.
Salut untuk papah dan A Esa yang telah benar-benar memainkan perannya sebagai pria dalam keluarga ini, walaupun akibatnya papah harus mendapatkan luka bakar di tangan dan kakak saya A Esa ini yang konon telah berhasil melakukan penyelamatan-penyelamatan penting karena berhasil menahan reruntuhan kayu yang terbakar (padahal sueeeeeerrrr enggak ada tuh reruntuhan kayu di TKP) selalu mengeluh karena luka bakar yang juga dia dapatkan tadi subuh (padahal enggak ada luka apapun, heuuuuh skip skip).
Sesuatu yang masih belum dapat kita pahami adalah sebab musabab kebakaran itu, sampai sekarang kita masih belum yakin apa yang menyebabkan kebakaran itu. Dugaan sementara ini yaitu karena rokok dengan tersangka utama adalah ayah saya yang juga belum ikhlas menerima tuduhan itu, pasalnya terakhir beliau di lantai atas sambil merokok itu sekitar jam 4 sore, setelah itu turun lalu kembali ke atas yah pas kejadian kebakaran itu. Saya sebenarnya juga ragu kalau penyebab utamanya adalah rokok, tapi dari banyak sumber orang mengatakan kalau perkembangannya memang lambat untuk bisa sampai menjadi api lalu kebakaran. Memang setelah diperhatikan, sepertinya awal mula kebakaran itu terjadi dari kasur kapuk yang ditumpuk 4 lalu merembet ke patrun *begitu kita nyebutnya* yang terbuat dari karton tebal yang jumlahnya lumayan banyak dan sangat penting untuk ayah saya.
FYI ruangan yang terbakar ini adalah ruangan kerja ayah saya yang dipakai untuk memotong kain sebelum dijahit, jadi bisa dibayangkan apa saja benda yang berada di ruangan ini. Patrun adalah salah satu benda yang paling penting yang ikut terlahap api, dan Alhamdulillah nya adalah stok kain yang berada di pojokan ruangan itu masih bisa terselamatkan. Memang kerugian materil karena kebakaran ini tidak terlalu banyak apabila dibandingkan dengan keselamatan kami, dan untuk itu lagi-lagi saya bersyukur kepada Allah SWT yang dengan kekuasaannya lah segala sesuatu nya menjadi sangat mudah bagi kami.
Teguran atau peringatan, demikian yang saya pikirkan setelah terjadi kebakaran ini. Karena ya itu tadi, sebab musababnya masih belum jelas dan buat saya pribadi peyebab rokok masih sulit dipahami mengingat jarak asbak dengan kasur yang cukup jauh dan rentang waktu yang lama sampai terjadinya kebakaran itu. Entahlah, tapi mungkin kita telah lalai terhadap-Nya sehingga diberikan peringatan kecil lewat kebakaran tersebut, tapi Alhamdulillah kitapun tidak dibiarkan terlalu lama menderita karena peringatan tersebut, terbukti ketika kita dibangunkan di waktu yang tepat, anggota keluarga yang lengkap saat kejadian, dan keberuntungan-keberuntungan lainnya. Saya yakin, hanya campur tangan dari-Nya lah sehingga ini semua terjadi begitu saja.
Terakhir, alhamdulillah karena akhirnya ruangan tersebut sudah selesai dibereskan sore tadi. Ternyata walaupun kebakaran itu terjadi tadi subuh, tapi sampai sore tadi bahkan sampai magrib saya masih merasakan hawa hangat bahkan sedikit panas pada lantai yang merupakan letak kasur yang terbakar *secara misterius*. Halah halahhhhhhh.
Akhir kata, Wassalamualaikum Wr Wb...
PS : Ternyata papah masih terjaga di ruang TV, sepertinya beliau masih was-was takut kejadian yang sama terulang lagi. Mudah-mudahan kebakaran kemarin itu *udah jam 12 lewat soalnya pas nulis* adalah pertama dan terakhir kalinya yang terjadi. Amiiiiiiiin. J